[Songfict] 밀리언의 조각 (A Million Pieces)

a million

Title: A Million Pieces (밀리언의 조각)

ParkSeungRiHae storyline

Cover by: ParkSeungRiHae

Main cast: Cho Kyuhyun & Seo Joo Hyun (Seohyun)

Disclaimer: Semua cast milik Tuhan beserta orang tuanya. Karena judulnya song fict maka ide cerita berasal dari MV ‘A Million Pieces’ kepunyaan Kyuhyun-nim. Ada sedikit perubahan disana-sini.

A/N: DON’T BE A SILENT READERS! DON’T BE PLAGIAT! FF ini juga sudah diterbitkan di beberapa tempat, jika kalian pernah membacanya dengan author bernama selain ParkSeungRiHae maka itu adalah plagiat! Dan Euri disini adalah author asli pemilik FF ini, semoga saling menghargai yaa..

Happy Reading ^^

*Author’s POV

Bruk..

Tak sengaja, seorang gadis  muda yang cantik dengan rambut panjang sebahu bermantel cokelat itu menubruk seorang pemuda tinggi dan tampan yang memiliki tatapan yang begitu berkarisma dan membunuh para wanita dalam sekali lirik saja.

Mata gadis itu membulat melihat pemuda di depannya yang nampaknya merupakan orang Korea juga sama seperti dirinya. Maklum saja dia kaget. Ini Swiss dan bukannya jalanan Dongdaemun yang dipenuhi oleh orang-orang berkulit putih dan bermata sipit seperti mereka.

Gadis itu buru-buru memungut seluruh barangnya tanpa menoleh sekali pun pada pemuda yang juga membantunya mengumpulkan barangnya itu.

Gadis itu berdiri. Ia menerima barangnya dari uluran tangan pemuda itu dan hanya mengangguk cepat dan kembali meneruskan perjalanannya dengan langkah tergesa.

Pemuda itu mengerutkan keningnya. Dia jelas-jelas orang Korea sama seperti dirinya dan sama sekali tidak berterima kasih?

Ia tidak marah. Hanya, kelakuan gadis itu sungguh membuatnya penasaran. Dengan senyuman khasnya, dia segera berlari menguntit gadis itu. Pemuda itu ingin mengenalnya..


Gadis itu memandang kagum bangunan-bangunan megah di hadapannya dengan arsitektur yang begitu penuh dengan rasa seni yang tinggi. Bangunan itu masih berdiri dengan kokoh walaupun sudah berabad-abad tahun lamanya sudah ada.

Sesekali, dia memotret pemandangan disana-sini, beserta selfie yang gemar dilakukannya. Senyuman selalu merekah setiap kali dia melihat hasil jepretannya tidak begitu buruk.

Gadis itu bernama Seo Joo Hyun. Atau Seohyun.

Pemuda itu mengendap-endap di belakang gadis yang baru saja ditemuinya tadi karena insiden tabrakan kecil yang sanggup membuat hatinya berdesir hanya dalam sekali lihat. Nampaknya, ia jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pemuda itu bernama Cho Kyuhyun. Atau Kyuhyun.

Dengan langkah perlahan, dia memasuki gedung tua itu. Matanya yang hitam legam menatap lekat sosok gadis di hadapannya dengan berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya. Penasaran? Pasti. Jantung berdebar kencang? Ya. Suka? Ya.

Sol sepatunya yang terbuat dari karet membuat setiap langkahnya tidak menimbulkan kegaduhan berarti. Kyuhyun tersenyum setiap kali Seohyun memotret objek kecil yang bahkan menurut Kyuhyun sama sekali tidak bagus untuk menjadi objek potret.

Seohyun merentangkan tangannya lebar-lebar merasakan semilir angin menerpa wajahnya. Begitu menyegarkan, sejenak, dia bisa melepaskan masalah terberat dalam hidupnya. Pemandangan indah di bawah puri tempat ia berada sekarang membuat hatinya tenang. Pikirannya kembali mengulang hal yang sama itu..

Nikmatilah waktu 3 bulan terakhirmu. Nikmati pemandangan indah yang belum pernah kau lihat. Temui beberapa pemuda yang bisa membuatmu bahagia.

“Mwo? Pemuda? Tidak terima kasih dokter. Aku sudah trauma dengan cinta. Lebih baik aku menghabiskan waktu terakhirku sendiri saja.” ucap Seohyun sinis.

“Ehem.. jeogiyo (permisi)”

Seohyun langsung terdiam. Ia kembali merapatkan tangannya ke sisi tubuhnya. Gadis itu mematung mendapati suara yang tadi pernah di dengarnya. Tak salah lagi, ini pemuda yang menubruk dirinya pagi tadi. Apa yang dia lakukan?

Jeogiyo…” ucapnya lebih keras. Seohyun membalikkan badannya sembari menelan ludahnya sendiri. Apakah ada masalah lain yang disebabkannya tadi?

Pardon me, sir. I’m not Korean.” kilah Seohyun dan menatap Kyuhyun dengan ragu. Kyuhyun tersenyum miring. “Bagaimana bisa kau menyangkal seperti itu? Jika kau bilang begitu, berarti kau mengerti itu bahasa Korea..”

“Aku hanya tahu dari temanku. Aku bukan orang Korea..” gumam Seohyun keras kepala. Kyuhyun menggelengkan kepalanya sendiri. Ia mengulurkan tangan di depan Seohyun.

“Cho Kyuhyun. Senang berkenalan denganmu.”

Seohyun menatap Kyuhyun dengan aneh. Orang asing tiba-tiba mendekatinya seperti ini. Apakah dia ada maksud jahat?

“Kau orang Korea asli?”

Kyuhyun membulatkan matanya. “Geureom.. Masa aku tidak terlihat seperti orang Korea, eoh?”

Mata Seohyun menyipit. “Kau mau merampokku ya? Aku akan cepat-cepat teriak.. Help!!! Help!!”

Kyuhyun geragapan. “Wow. wow.. tenang.. Aku pelajar disini..”

Seohyun menghentikan aksinya dan menatap Kyuhyun seolah mencari kebenaran di mata pemuda itu.

“Kau serius? Mana kartu pelajarmu?”

Kyuhyun buru-buru mengeluarkan kartu pelajarnya dari dompet. “Igeo.. Aku tidak berbohong kan?”

Seohyun terdiam sejenak. Menatap Kyuhyun dengan heran. Lalu apa maunya?

“Apa yang sebenarnya mau kau lakukan?” tanya Seohyun bingung. Kyuhyun kembali tersenyum bodoh.

“Aku ingin berkenalan denganmu. Sudah dua bulan aku disini, dan ini pertama kalinya aku melihat orang Korea sedang berjalan-jalan.”

“Kau bergurau.. Banyak orang Korea yang juga berjalan-jalan disini. Aku menemui beberapa.” cibir Seohyun. Ia mulai tidak berminat dengan permainan bodoh yang dimulai pemuda ini.

Kyuhyun kembali mengulurkan tangannya hendak bersalaman dengan Seohyun. “Siapa namamu?”

“Seo Joo Hyun. Seohyun imnida..”. Seohyun lekas membungkukkan badannya setelah selesai menyebutkan namanya. Langkahnya terdengar berderap pergi. Kyuhyun mematung dan masih tersenyum bodoh.

Uluran tangannya diabaikan.. “Batu, gunting, kertas.. batu, gunting, kertas..”. Kyuhyun melakukan suit sendiri karena tangannya tidak disambut sama sekali oleh Seohyun.

“Ja, Kyuhyun-ah, kau tidak boleh menyerah.”


Seohyun dengan was-was selalu menengok ke belakangnya. Takut-takut pemuda bernama Cho Kyuhyun itu masih mengikutinya. Entah bagaimana pun juga, walaupun Kyuhyun tidak terlihat oleh Seohyun, pemuda itu masih terus mengikutinya dengan penasaran.

Kyuhyun menyukai semburat merah yang muncul di pipi Seohyun yang putih ketika tadi ia mengenalkan namanya. Rasanya, dia begitu lucu dan menggemaskan sehingga Kyuhyun ingin bertemu dengannya lagi dan lagi.

Seohyun terkagum melihat banyak barang antik yang dijual di pasar loak yang ada di sekitaran bangunan puri tua tadi tempat ia bertemu dengan Kyuhyun. Dengan antusias, dia mencoba beberapa atribut yang masih bisa dikenakan. Sesekali, dia memotret dirinya sendiri dengan wajahnya yang nampak konyol karena topi yang kebesaran, kacamata tua yang aneh, anting-anting kusam, ia tampak seperti orang gila.

Seohyun terkekeh melihat hasil potretnya sendiri.

Ia menebarkan pandangannya. Penjual piringan hitam di ujung jalan menarik perhatiannya.

“Wuah.. Piringan hitam lagu Bach..”

Seohyun berlari dan bergegas hendak mengambil piringan hitam itu lagi. Tap. Tangannya bersentuhan dengan sebuah tangan kekar yang juga hendak mengambilnya. Terasa hangat. Seohyun segera menoleh. “Maafkan aku.” Detik berikutnya, dia tertegun karena mendapati Kyuhyun ada tepat di sebelahnya dengan senyumannya yang.. menawan.

Seohyun kini mengakui itu. Dia terlihat tampan dan polos.

Semburat kemerahan segera muncul di pipi Seohyun. Kyuhyun tersenyum senang mendapati semburat itu kembali muncul. Seohyun tampak begitu cantik kini di mata Kyuhyun.

Kyuhyun kembali mengulurkan tangannya. Hendak menjabat tangan Seohyun.

Lagi-lagi, Seohyun hanya menundukkan kepalanya sejenak dan bergegas pergi dengan langkah terburu.

Kyuhyun membuang mukanya. Hah.. dia sulit sekali ditaklukan.., batin Kyuhyun sebal. “Arasseo, semakin kau ditolak olehnya, semakin keras kau berusaha, Kyuhyun-ah… Kau pasti akan menyukaiku, Seohyun-ah..” ucap Kyuhyun percaya diri. Senyuman sombongnya tersungging.


Seohyun menghentikan langkahnya di tangga berundak yang begitu tinggi di depan sebuah gereja tua yang membuatnya terkesan. Sejenak, dia berusaha mencari brosur wisata yang tadi dia dapatkan di stasiun metro di tengah kota. Gadis itu mengeryit.

Kemana benda itu?

Ia merogoh semua isi saku yang dia punya. Nihil. Gadis itu panik. Brosur itu adalah satu-satunya tuntunan ia selama berjalan-jalan hari ini. Tanpa itu, bagaimana bisa dia kembali ke hotel juga?

Seohyun mengigit bibirnya. Ah, ponselku..

Gadis itu menggerakkan jarinya dengan cekatan mencari apa yang harus dilakukannya disini.

Tiba-tiba, sebuah tangan langsung menyabet ponsel yang ada di dalam genggaman Seohyun. Sontak, gadis itu mendongak, matanya melotot tajam. Semburat merah segera menghiasi pipinya yang putih.

“Ah, choisonghaeyo.. Aku kira kau pencuri.”

Kyuhyun tersenyum penuh kemenangan melihat gadis di depannya sekarang lebih merasa malu dan malu lagi. Semburat kemerahannya pun semakin nyata.

Gwaenchanha. Aku senang kau masih tersipu saat melihatku.”

Seohyun mendelik. Merona? Tersipu? Apa lagi itu? Dengan panik Seohyun membuka kamera depan ponselnya. Astaga.. benar-benar merah.., rutuk Seohyun panik.

Aniyo.. Aku tidak tersipu karenamu. Ini efek kedinginan..” bantah Seohyun. Sejujurnya, hatinya berdebar setiap kali sudut bibir Kyuhyun terangkat ke atas, membentuk seulas senyuman yang mematikan. Seohyun meletakkan kedua tangannya di kedua pipinya seolah berusaha menghangatkan pipinya.

“Ponselmu. Aku sita.” ucap Kyuhyun santai sembari menggoyangkan ponsel gadis itu di depan wajahnya dan memasukkannya ke dalam kantong mantel panjangnya. Seohyun kembali melotot. “Ya! Bagaimana bisa kau melakukan itu? Aku bahkan belum mengenalmu.”

Kyuhyun menatap Seohyun dengan senang. “Jadi, kau ingin mengenalku?”

Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Kyuhyun menarik Seohyun ke tengah pelataran gereja. Pemuda itu tersenyum melihat raut panik dan kaget Seohyun yang bercampur aduk membuat satu ekpresi baru yang sangat menggemaskan.

Kyuhyun mengulurkan tangannya bak pangeran ingin meminta seorang putri berdansa dengannya.

“Menarilah denganku, Seo Joo Hyun. Diiringi dentang jam gereja yang merdu.”

Seohyun tersenyum. Kenapa dia terlihat manis dan polos? Sungguh, Seohyun tidak bisa memungkiri pertahanannya akan segera runtuh. Ia jatuh hati juga pada Kyuhyun.

Gadis itu menyambut uluran tangan Kyuhyun dan segera menari bersama pemuda jangkung tersebut. Senyuman mereka takkan bisa lepas.

Satu saat, Kyuhyun tak sengaja menarik tubuh Seohyun sehingga wajah mereka sangat dekat. Seohyun merasakan darahnya berdesir ketikan hembusan napas Kyuhyun yang hangat menyapa wajahnya.

Beberapa saat, dia terhipnotis. Kemudian, dia langsung menjengit ketika sadar. Ini tidak benar..

“Waa.. burung merpatinya bagus sekali..”

Kyuhyun hanya diam. Berusaha menetralkan kembali detak jantungnya yang abnormal. Belum jauh Seohyun menghindar, dengan satu tarikan, Kyuhyun menarik Seohyun ke dalam pelukannya. Agak gila memang, ditambah mereka baru saja mengenal satu sama lain tadi pagi. Tapi, Kyuhyun yakin, Seohyun adalah wanita yang selama ini dia cari.

Kyuhyun memeluk Seohyun erat dalam bisu. Seohyun tidak berusaha memberontak. Begitu masuk ke dalam pelukan Kyuhyun yang hangat, gadis itu merasa aman, seolah takkan ada bahaya yang bisa menghalangi jalan hidupnya.

Tanpa sadar, tangannya mencengkram lengan mantel Kyuhyun erat-erat, tidak mau melepaskan pemuda itu pergi.

#skip

Seohyun menikmati satu cone es krim di tangannya dengan menjilatinya perlahan. Kyuhyun tersenyum lagi. Es krim yang berceceran di sekitar mulut gadis itu menjadikannya teringat pada bayi umur satu tahun yang masih belajar caranya makan.

“Kau ini, seperti bayi saja..”. Kyuhyun lantas mengelap sudut bibir Seohyun dengan tangannya. Seohyun terhenti. Rasanya ada ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Geli. Senang. Sebuah perasaan yang takkan bisa ia gambarkan.

Seohyun mundur beberapa langkah dan membuang mukanya yang pasti sudah merah sekarang. Kyuhyun terkekeh. “Kau tidak usah susah payah menyembunyikan wajah merahmu itu.. Sini.”. Kyuhyun menarik dagu Seohyun, menghadapkan wajah mereka. Pandangannya bertubrukan. Pemuda itu mendesah.

“Matamu benar-benar indah, Seo Joo Hyun.. Kau harus bertanggung jawab terhadap perasaanku yang porak poranda setiap aku melihat matamu, arra?”

Mereka terdiam beberapa saat. Tak ada yang ingin melepaskan pandangan mereka. Mereka sudah tertawan oleh mata lawan mereka masing-masing.

Seohyun yang lebih dulu mengakhiri semuanya. Dia berdehem.

“Kyu-ah, bagaimana jika kita mengambil satu polaroid disini? Pemandangan di belakang kita begitu bagus..” usul Seohyun menyadari mereka ada di atas jembatan sebuah pelabuhan kecil yang memikat hati.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya sendiri berusaha menghilangkan efek memikat iris Seohyun. “Ne? Baiklah.. Aku yang akan memegang kameranya karena aku lebih tinggi darimu.”

Seohyun memanyunkan bibirnya. Jelas-jelas tinggi mereka tak jauh berbeda.

Hana, dul, set! (satu, dua, tiga!) Kimchi… (sebutan lain ‘cheese’ yang dipakai orang Korea sebelum mereka mengambil foto).”

Satu lembar polaroid keluar. Seohyun meniup-niupnya dengan tidak sabar..

“Sudahlah. Bagaimana jikakita makan malam? Aku tahu tempat yang bagus untuk makan malam dengan suasana romantis.” ucap Kyuhyun yang lalu nyengir melihat Seohyun agak kagum padanya.

“Kau ini tour guide ya?”. Pandangan Kyuhyun menyipit mendengar pertanyaan Seohyun. “Tour guide hanya satu hari untuk orang yang aku sukai, Seo Joo Hyun. Apakah kau puas?”

Seohyun tertawa. Ini kali pertamanya ia bisa kembali tertawa lepas. Dan semua ini berkat pemuda yang baru saja ditemuinya. Apakah ini memang sudah rencana Tuhan? Memberikannya kebahagiaan yang terakhir?

#skip

Seohyun memandang kagum sajian di depannya yang terlihat sangat cantik dengan hiasan bunga warna-warni yang ditaburkan di atas makanan.

“Ini bisa dimakan?” tanya Seohyun mengangkat satu bunga kecil berwarna kuning. Kyuhyun mengangguk.

“Apakah aku terlihat cantik?”. Seohyun memasang pose aegyeonya setelah menyelipkan satu bunga kecil di telinganya. Kyuhyun terkekeh. “Kau lucu sekali.. Bunga itu seperti menempel di telingamu..”

“Tidak lucu..” ujar Seohyun. Gadis itu tampak mengambek.”Oh, ayolah, kau tahu aku hanya bercanda?” bujuk Kyuhyun.

Cup..

Kyuhyun mencium pipi Seohyun cepat. “Nah, apakah kau tidak akan mengambek lagi?”

Seohyun diam. Wajahnya memanas. Pipinya kembali kemerahan karena malu.

Kyuhyun tersenyum jahil. Taktiknya meluluhkan hati wanita tak pernah tidak berhasil.

“Makanlah yang banyak. Nanti kau sakit jika tidak makan..”. Kyuhyun menaruh sebagian porsi makanannya ke atas piring Seohyun. Gadis itu membeku.

Walaupun aku makan apapun itu sebanyak yang kau maksud agar aku tidak sakit, itu takkan pernah terjadi, Kyu.. Kau terlambat. Aku bahkan tak tahu aku masih bisa hidup besok atau tidak.

#skip

“Terima kasih, Tuan Cho. Kau sungguh membuat perjalananku hari ini sama sekali tidak menjemukan.”. Kyuhyun tersenyum melihat gadis di depannya sudah lebih ceria dari siapa yang dilihatnya tadi pagi.

“Itu sudah tugasku.. Aku pergi dulu. Jangan merindukanku, oke?”

“Aku juga pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik Kyu.. Aku pasti akan merindukanmu..”

Kyuhyun menunggu sampai Seohyun masuk ke dalam. Matanya menatap lekat siluet gadis itu. Merasa masih diperhatikan, Seohyun membalikkan badannya, melambaikan tangan, dan tersenyum lebar. Gadis itu memberikan kode agar Kyuhyun cepat pulang karena udara semakin dingin mencekik. Kyuhyun memberikan kode balik, oke.

Entah kenapa, Kyuhyun tidak bisa melepaskan pandangannya dari Seohyun. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Sesuatu yang tidak mengenakkan hatinya.

Seohyun tersenyum-senyum sendiri melihat hasil jepretan fotonya sembari berbaring di atas ranjang hotelnya yang nyaman. Matanya membulat begitu melihat ada Kyuhyun di beberapa fotonya.

Gadis itu mencoba mengingat. Kapan pemuda itu ada?

Ah, astaga, dia menyelinap di dalam fotoku.. Manis sekali.., Seohyun menggerakkan jarinya untuk memperbesar fotonya. Menampakkan wajah Kyuhyun yang tampan dan polos itu. Seohyun kembali berdesir.

Habiskanlah waktumu bersama beberapa pria yang mungkin akan kau cintai..

Aku rasa, dokter benar.. Aku menemukan pemuda itu disini..

Ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pesan baru muncul.

From: 00281-xxxxx

Seohyun-ah! Ini aku Kyuhyun.. Simpan nomorku dan mari kita bertemu lagi besok. Aku sangat menikmati waktuku bersamamu..

Semburat merah timbul lagi. Nampaknya, itu memang ciri khas seorang Seo Joo Hyun jika ia malu dan senang.

To: 00281-xxxxx [Kyuhyunnie]

Arasseoyo.. Mari kita bertemu kembali besok. Bagaimana dengan Danau Zurich pagi hari? Aku akan langsung kesana. Kau tak perlu repot-repot menjemputku, oke? Darimana kau dapat nomorku, eoh?

Tanpa menunggu lama, Seohyun mendapatkan jawaban manis pemuda itu.

From: Kyuhyunnie

Assa! Baiklah. Aku akan menemuimu disana.. Tentu saja aku mendapatkan nomormu selayaknya Cho Kyuhyun biasa bekerja. Jaljayo, nae sarangi.. (my love)

Seohyun mendekap ponselnya di dada. Hatinya tak sabar bisa menemui pemuda itu disana besok.

Gadis itu melihat jam yang tertera di ponselnya. Jam 11. Waktunya minum obat.

Dengan bersiul ringan, Seohyun pergi menuju balkon hotel tempat dimana ia menaruh tas dan segala perlengkapan perginya tadi. Tangannya merogoh tas mencari botol putih berisikan obat ‘makanan’nya sehari-hari. Tanpa obat itu, Seohyun bahkan tak tahu ia bisa bertahan hidup atau tidak.

Penyakit jantung bawaan yang dideritanya makin lama semakin parah seiring bertambahnya usia. Penyakit yang sudah dideritanya sejak dia baru lahir itu menjadi lebih buruk karena di usianya yang semakin matang, aktivitasnya pun semakin beragam. Menyebabkan kerja jantungnya semakin berat saja.

Seohyun menggoncangkan botol tersebut untuk mengeluarkan beberapa pil yang dia butuhkan. Matanya membulat ketika melihat tak ada satu pun obatnya yang keluar. Habis.

Nyeri di dada kirinya mulai terasa berdenyut. Tentu saja, Seohyun sudah melewatkan dua jam dari jadwal minum obatnya hari ini. Dalam hitungan detik, sakit itu bertambah kuat dan kuat.

Seohyun berusaha berlari ke arah kamarnya kembali untuk mencari cadangan botol obatnya. Ini tidak mungkin terjadi, aku sudah menghitung semuanya. Harusnya obat itu cukup sampai aku kembali ke Korea!!, teriak Seohyun putus asa dalam hati.

“Kumohon.. kumohon..”. Air matanya sudah berjatuhan dengan deras. Bibirnya bergetar menahan sakit yang teramat sangat. “KUMOHON!” teriak Seohyun putus asa. Dia benar-benar frustasi.. Kopernya sudah habis diobrak-abrik dan dia tidak kunjung menemukan botol putih penyelamat nyawanya itu.

“Kyuhyun-ah.. Kyu-ah..”.

Seohyun masih sempat menggumamkan nama Kyuhyun di sela sedu sedannya yang bertambah kencang. Seohyun berusaha bangkit kembali dengan tertatih-tatih. Ia kembali terjatuh dan kepalanya terantuk pinggiran meja kaca yang terletak di tengah kamar. Seohyun tak merasakan sakit. Tak sebanding dengan rasa sakit yang mencekiknya di dada sebelah kirinya.

“Kumohon, Seohyun-ah, berpikir.. Kau harus tetap hidup untuk menemui Kyuhyun besok. Kau tidak boleh mati sekarang..” isaknya keras. Air mata sudah membasuh wajahnya. Wajah Seohyun pias dan pucat.

Seohyun bangkit lagi terseok-seok ketika akhirnya ia melihat botol obatnya di atas pantry dapur.

Dengan putus asa, Seohyun langsung menggoncangkan isi botol tersebut sehingga banyak pil yang berserakan karenanya. Namun, tangannya yang bergetar hebat sudah tak sanggup lagi berbuat apa-apa, kakinya pun serasa tidak mempunyai tenaga lagi. Seohyun tersungkur.

Ini akhir hidupku.. Aku sudah tamat.. Maafkan aku, Kyuhyun-ah.. Aku tidak bisa menepati janjiku yang terakhir..

Seohyun terisak hebat melihat satu lembar polaroid yang diambilnya tadi siang bersama Kyuhyun terletak di lantai di depan matanya. Usaha terakhirnya adalah menggapai polaroid itu dan mendekapnya di dadanya dengan air mata yang berjatuhan di atasnya.

“KYAAAAAAAAAA!!!!!”

Hening.

Gelap.

Semuanya berakhir.

Pekikan kesakitan Seohyun yang terakhir menjadi penutup kehidupan gadis itu. Tapi, setidaknya, masih ada sedikit ulasan senyum di bibirnya karena ia masih mendekap fotonya bersama Kyuhyun.

Setidaknya, Kyuhyun telah memberikannya kebahagiaan terakhir hari ini.

Di bagian belakang foto itu, terdapat tulisan tangan kecil-kecil yang rapi.

Terima kasih, Kyu.. Atas segalanya… hari ini.. Aku mencintaimu. Seo Joo Hyun.

Swiss, 1 Februari

*Author’s POV

*@Zurich’s Lake

Kyuhyun tersenyum lebar ketika menghirup satu buket bunga yang harum di genggaman tangannya. Mengingat melihat Seohyun yang nampaknya sangat terpukau dengan keindahan bunga, Kyuhyun yakin, gadis itu pasti sangat menyukai bunga.

Kyuhyun menempati satu bangku taman yang kosong menghadap ke arah danau yang tenang. Di sekeliling danau, pegunungan Alpen yang masih berselimutkan salju terlihat begitu indah.

Kyuhyun tersenyum lagi. Ia melirik arlojinya. Dia datang terlalu pagi, jadi tidak mungkin Seohyun sudah datang. Sayangnya, Kyuhyun hanya tidak tahu, kalau orang yang ditunggunya takkan pernah datang. Bahkan takkan pernah bisa ia lihat lagi.

15 menit..

30 menit..

Kyuhyun bangkit dari tempat duduknya untuk meregangkan badannya yang pegal dan bergegas pergi ke kedai kopi yang ada di sekitar situ untuk membeli dua cup kopi hangat. Mungkin saja, gadis itu akan kedinginan sepanjang perjalanan menuju tempat ini.

1 jam..

Jarum jam tak pernah berhenti bergerak. Kyuhyun mulai terlihat gelisah. Tidak mungkin Seohyun tidak datang. Dari sorot matanya, Kyuhyun tahu, Seohyun bukanlah tipe orang yang pembohong.

Kyuhyun yakin, Seohyun akan datang. Dengan teguh, Kyuhyun menunggu sabar dengan dua cup kopi masih dalam genggaman tangannya. Sudah dingin. Kopi itu sudah dingin. Kyuhyun merapatkan mantelnya, angin berhembus semakin kencang membawa udara dingin yang bisa ia rasakan sampai ke tulang.

2 jam..

Kyuhyun melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam 11. Gadis itu sudah terlambat 2 jam. Apakah dia memang tidak datang?, keraguan datang dalam hati Kyuhyun lalu berganti dengan kekhawatiran.

Perasaannya menjadi tidak enak. Pemuda itu lantas menaruh cup kopinya dan meninggalkannya beserta bunga yang ia beli. Kenapa jantungnya berpacu secepat ini? Kenapa ia merasa ada yang tidak beres?

*@hotel

Kyuhyun berlari memasuki hotel dimana Seohyun menginap. Ia bergegas masuk begitu melihat banyak mobil wartawan yang parkir di depan gedung hotel tua itu. Firasatnya semakin buruk.

Deg.

Kyuhyun merasakan aliran darahnya terhenti begitu melihat garis polisi berwarna kuning dibentangkan di depan lorong menuju kamar Seohyun. Dan di depan pintu kamar Seohyun, garis polisi paling banyak dibentangkan.

“Hei! Hei! What are you doing here, Sir?”. Seorang polisi mencegah Kyuhyun yang hendak menerabas masuk. Kyuhyun menepis tangan polisi itu bagaikan orang kesetanan. Dirinya panik setengah mati.

I’m here to see my friend. Ani, my girlfriend! I’m the victim’s girlfriend!” teriak Kyuhyun tidak sabar. Dia langsung mendorong polisi itu ke samping hingga tersungkur dan melanjutkan langkahnya.

Catch him! Catch him!!” . Teriakan disana-sini tidak dipedulikan oleh Kyuhyun, ia hanya ingin tahu bagaimana kondisi Seohyun sekarang.

Kau sudah berjanji padaku, Seohyun-ah.. Aku mohon..

Let me get in!!” teriak Kyuhyun begitu dua polisi berbadan besar menghalangi pintu masuk kamar. “I’m her girlfriend!”

So?” tanya polisi itu balik. Ini sama sekali bukan urusannya. Mengurus seorang pemuda yang kesetanan seperti ini.

Let me get in..”. Suara Kyuhyun menjadi terdengar menyeramkan dan dingin.

What’s going on?” tanya seseorang yang langsung membuat polisi itu memberi hormat sebentar. Kyuhyun menatap orang itu dengan heran.

“Kau orang Korea?” tanyanya mendadak memakai bahasa Korea. Kyuhyun mengangguk lemas. Energinya terbuang percuma karena marah-marah terhadap orang yang jelas-jelas tidak bisa dia lawan.

“Ikut denganku. Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan padamu..”

Tangan Kyuhyun bergetar memegang satu lembar polaroid yang agak luntur. Ini.. foto yang ia ambil bersama Seohyun kemarin.

“Apakah itu kau, Tuan…”

“Cho Kyuhyun. Kyuhyun.”

“Baiklah, Tuan Cho. Apakah itu kau?”. Opsir itu menunjuk Kyuhyun yang ada di samping kanan Seohyun di dalam foto.

“Ne.. Itu aku.”

“Apakah ini pembunuhan yang telah kau rencanakan?” tanyanya dengan pandangan menyipit. Kyuhyun tersentak. “Pembunuhan katamu? Bagaimana bisa aku membunuhnya?”

“Terdapat beberapa luka lebam di sekitar kepala dan tangannya. Diperkirakan saat ini, dia meninggal karena kekerasan. Obat-obat yang berserakan di sekelilingnya menunjukkan kalau dia hendak minum obat ketika seseorang memukulnya tepat di pelipis bagian kiri.”

Opsir tersebut menyodorkan satu buah botol bertuliskan tangan obat disertai dengan keterangan apa saja isinya.

Kyuhyun mengeryit. Ia tahu obat apa ini. Pekerjaannya sebagai asisten dokter membuatnya mengetahui apa ini. Obat untuk penyakit jantung akut. Jadi, Seohyun sakit parah? Kenapa dia terlihat seperti orang yang tidak sakit apapun?

“Apakah Seohyun sudah tiada?” bisiknya pelan menyadari bahwa itu kemungkinan satu-satunya yang ada.

“Tentu saja. Bagaimana bisa kau tidak tahu itu?”

“TENTU SAJA AKU TIDAK TAHU!! AKU MENUNGGU DIA DUA JAM DI DANAU ZURICH DAN IA TAK KUNJUNG DATANG! Kau tahu bagaimana rasanya menantikan sesautu yang tidak pasti? Kau tahu bagaimana sakitnya hatiku ketika melihat semua ini? Katakan padaku Seohyun belum tiada! Katakan padaku!!” teriak Kyuhyun putus asa sembaei mencengkram kerah opsir tersebut dan mengangkatnya sedikit di atas tanah.

“Lepaskan dia! Get him off from me!!” teriaknya. Dengan sigap, dua orang polisi yang menjaga opsir itu membekuk tangan Kyuhyun dan menariknya ke belakang badan.

“Seohyun-ah.. Seohyun.. Kau tidak boleh seperti ini.. Kau tidak boleh..” ratap Kyuhyun yang membuat iba semua polisi disitu. Kyuhyun terduduk di atas lantai marmer mengilap yang dingin. Air mata meluncur dengan deras. Ini pertama kalinya dia menangis karena seorang wanita.

“Aku tidak membunuhnya, opsir.. Aku bersumpah.. Demi Tuhan! Ini obat untuk penyakit jantung akut! Tanyakan sendiri kepada tim forensikmu!” teriak Kyuhyun di sela tangisnya.

Seseorang masuk ke dalam dan membisikkan sesuatu.

“Kau benar. Maafkan aku karena menuduhmu macam-macam. Apakah kau saudaranya?”

“Bukan. Aku pacarnya.” Kyuhyun tak peduli lagi bagaimana dia membohongi polisi di hadapannya ini. Ia bahkan tak tahu apa hubungannya dengan Seohyun. Yang jelas, dia hanya menyayangi Seohyun. Yang penting, dia bisa melihat Seohyun untuk terakhir kalinya.

“Dia akan dipulangkan malam ini ke Korea. Bisakah kau mengurus administrasinya?”

Kyuhyun mengangguk lemah.

*2 months later

Kyuhyun bersimpuh di depan sebuah pusara hitam yang tampak mewah. Keluarga Seo ternyata salah satu keluarga chaebol yang ada di Korea dan sangat terkenal. Kyuhyun baru mengetahui hal itu. Seorang wanita paruh baya juga ikut bersimpuh di sampingnya.

Setelah berdoa, Kyuhyun meletakkan karangan bunga yang persis sama seperti apa yang akan diberikannya kepada Seohyun di hari dimana gadis itu meninggalkan dunia.

“Seohyun-ah, bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja? Aku sudah mengenal seluruh keluargamu. Ibumu begitu cantik dan ayahmu juga tampan. Pantas saja kau menjadi seorang gadis yang memikat hatiku bahkan sejak pertama kali aku melihatmu..”

Kyuhyun menelan ludahnya sendiri, membasahi tenggorokannya yang kering karena tercekat oleh ngilu hatinya.

Wanita di samping Kyuhyun mulai terisak.

“Sudahlah, eomeonim.. Aku yakin dia sudah bahagia disana..”. Kyuhyun mengelus pelan punggung Nyonya Seo dengan penuh kasih sayang.

“Ini.. bunga yang persis sama seperti apa yang aku beli dulu untukmu di Swiss. Tapi, kau tidak datang. Kau tidak datang..”. Suaranya mulai menghilang, Kyuhyun menundukkan kepalanya. Berusaha menyembunyikan air matanya.

Nyonya Seo memeluk Kyuhyun.

“Terima kasih, Kyuhyun-ah.. Sudah menjadi cinta pertama dan terakhir gadisku yang malang. Menikahlah dengan gadis lain. Jangan pernah menunggu Seohyun seolah dia akan kembali lagi. Itu akan semaki membuatnya bersedih di atas sana. Aku yakin, dia ingin kau bahagia disini.”

“Aku tidak akan meninggalkannya, eomeonim.. Aku tidak akan.. Aku akan tetap seperti ini. Mencintainya sampai kapanpun…”

-END-

Garing banget ya? Maafkan author lah, ini pertama kalinya nulis songfict dan juga oneshot. Soalnya kelemahan aku adalah nulis oneshot. Selalu aja pengennya dipanjang-panjangin. Silahkan menikmati dan saran serta kritiknya ditunggu.. Gamsahamnida..

*Bow*, Euri

Write your Comment, Dont Be silent readers chingu ^^