School Love Story [Chapter 2]| Aku Suka Dia

Author : Myanda P. C.

Cast : Park Chanyeol EXO | Jung Chanrin (OC) | Jung Chanwoo iKON | EXO (OT12) | Cho Sojin (OC) | Han Nara (OC) | Lee Seun Ri (OC) | Other cast.

Genre : Romance, Drama, School Life, Comedy failed

Length : Chapter

 Rating : PG-15

 Summary : “BYUN BAEKHYUN, APA KAU SUDAH GILA? KAU INGIN BERKENCAN DENGAN SAHABAT MANTAN YEOJACHINGUMU DENGAN BANTUAN MANTAN YEOJACHINGUMU ITU SENDIRI?”

 Chapter 1

Disclaimer : Para member milik Tuhan YME, orang tua mereka, entertainment mereka, dan juga fans mereka tentunya. Author cuman minjem nama mereka aja. FF ini, 100 % milik author dan hasil buah pikiran author sendiri. NO PLAGIAT!

 

So ….

 

Happy Reading !!!!

 

And NO PLAGIAT !!!

~Myanda P. C.~

Bel tanda istirahat baru saja berbunyi nyaring. Memecah suasana membosankan yang melanda siswa-siswanya yang sedari tadi terpaksa mendengarkan ajaran para guru di depan kelas. Suho melihat gelagat Tao yang sedari tadi melihat ke arah empat yeoja unik di kelas 2-B itu.

 

“Tao, lagi ngapain sih?” Tao yang merasa kegiatannya diketahui oleh teman sebangkunya langsung mengarahkan pandangan ke tempat lain. Tidak lagi ke sudut depan dimana Chanrin, Seunri, Sojin, dan Nara duduk.

 

“Gak ngapa-ngapain ah.”

 

“Jangan bohong. Aku dari tadi liat kamu merhatiin mereka berempat loh. Hayooo.”

 

“Apaan sih?” Tao melirik tidak suka pada Suho yang terus menggodanya. Membuat Suho yang mendapat serangan tatapan mata panda itu mati kutu seketika.

 

“E-enggak apa-apa kok. Abisnya kamu ngeliatin mereka kayak gitu. Aku kan jadi kepo. Jangan-jangan kamu suka sama Chanrin ya? Aku saranin nih ya, sebaiknya kamu gak usah mimpi buat dapetin dia. Kemaren aja aku baru denger si Chen anak 2-C baru diputusin sama dia di kantin. Padahal baru sehari pacarannya.” Jelas Suho panjang kali lebar kali tinggi. Tao menghela nafasnya di depan Suho.

 

“Plis deh, Ho. Jangan sok tau banget gitu. Siapa juga yang suka sama si Chanrin ? Mending juga si Sojin. Ups!” Tao keceplosan menyebutkan salah satu nama dalam geng yeoja unik di kelasnya itu. Tao buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

 

“Jiahahaaaa …. Ketahuan kan. Aku kasih tahu sama Sojin ah.” Suho langsung berdiri dari bangkunya dan berniat memberi tahu yeoja itu. Melihat gelagat Suho yang kebangetan itu, Tao juga reflek langsung berdiri dan narik Suho hingga tanpa sengaja tubuh namja itu terbanting di mejanya.

 

JDUK!

 

Tao~yaaa!!! Apa yang kau lakukan?”

 

“Hehe, mian. Aku tidak sengaja,” jawab Tao tanpa dosa melihat Suho yang kejedut mejanya sendiri. Dan bunyi jedukan itu cukup membuat seisi kelas memperhatikan mereka. Termasuk Sojin, Chanrin, Seunri, dan Nara.

 

Aigoo. Kasihan sekali Suho,” bisik Seunri.

 

“Mereka lagi mainan apaan sih? Kok sampe jeduk-jedukan gitu?” tanya Nara yang juga berbisik. Membuat ketiga temannya yang mendengar hanya bisa ber-sweetdrop ria.

 

“Mereka bukan lagi mainan pabbo. Mungkin lagi berantem.” Tebak Sojin yang ikutan berbisik.

 

“Aku tidak suka pada Tao.” Perkataan yang barusan dilontarkan Chanrin membuat ketiga temannya seketika menatapnya.

 

“Apa?” tanya Chanrin yang tak mengerti dengan tatapan mata teman-temannya itu. Ketiga temannya itu menggeleng serempak.

 

“Kenapa kau tidak menyukainya?” tanya Sojin.

 

“Tidak suka saja melihat mata dan bibirnya. Matanya memiliki lingkar hitam seperti hantu dan bibirnya terlalu tipis seperti seorang yeoja. Dia juga terlalu tinggi seperti Chanyeol dan Kris. Dia tidak cocok menjadi Panda seperti yang sering kalian sebut-sebut itu. Dia lebih cocok menjadi bambu-nya.” Sojin dan Seunri memicingkan matanya aneh. Sementara Nara hanya mengerjap-ngerjapkan matanya –entah ia mengerti atau tidak.

 

“Alasan bodoh,” kata Sojin lagi.

 

“Tao itu baik loh. Dia juga bisa wushu. Dia termasuk salah satu cowok idamanku. Hah, andai aku bisa menjadi pacarnya, aku pasti akan dijaga dengan baik olehnya,” ujar Seunri yang langsung mendapat tatapan sinis Sojin dan tatapan tidak percaya Chanrin.

 

“Kalau begitu sewa bodyguard saja,” sahut Chanrin.

 

“Kau tidak suka pada Sehun lagi?” kini Nara yang bertanya.

 

“Bu-bukan begitu. Aku kan hanya berandai-andai.”

 

“Kalau andai-andai-mu itu menjadi kenyataan bagaimana? Kau akan memilih Tao atau Sehun?” SKAKMAT! Pertanyaan telak dari Sojin membuat Seunri kembali tergagap.

 

M-mwo?”

 

~Myanda P. C.~

 

Jarum pendek pada arloji Sojin sudah menunjuk angka 4 lewat 45 menit. Kegiatan belajar mengajar sudah usai sejak sejam yang lalu. Yang lalu lalang disini hanyalah para murid dan guru yang masih memiliki kepentingan saja. Termasuk ia yang masih merapikan buku-buku di perpustakaan. Membantu penjaga ruangan ini untuk membereskan buku-buku yang berantakan akibat murid-murid tidak bertanggung jawab yang sehabis membaca tidak mau menaruh kembali letak buku tersebut di rak.

 

“Belum pulang?” Sojin langsung menoleh pada arah datangnya suara yang memanggilnya.

 

“Kalau aku sudah pulang, tidak mungkin aku berada di sini,” jawab Sojin setelah melihat senyum manis Lay-orang yang memanggilnya tadi-. Sojin mengalihkan perhatiannya kembali pada buku-buku yang sedang disusunnya.

 

Lay juga salah satu penghuni perpustakaan yang sering bantu-bantu Ahn Seonsaengnim, penjaga perpus untuk merapikan ruang penuh buku itu. Hampir setiap hari hanya ia dan Sojin-lah yang membantu beres-beres disana. Namun, jarang sekali Lay terlibat percakapan dengan Sojin. Atau seperti saat ini, saat Lay bertanya, Nana hanya akan menjawab seperlunya tanpa basa-basi.

 

“Aku sudah selesai membereskan buku-buku bagianku. Kau mau aku bantu?” Lay mencoba menawarkan bantuan pada yeoja di depannya yang masih sibuk menata buku. Terlihat Sojin yang menghentikan aktifitasnya dan kembali menoleh pada Lay.

 

“Tolong susun buku-buku di sana.” Tunjuk Sojin pada buku-buku yang masih bertumpuk di atas meja baca. Lay mengangguk dan kembali tersenyum. Ia melangkahkan kakinya menuju tumpukan buku itu. Sesampainya di depan buku-buku itu, ia tidak langsung menyusunnya. Melainkan mengeluarkan ponselnya dan melakukan rutinitasnya setiap satu jam sekali.

 

Ctrek.

 

Sebuah selca berhasil di dapatkan Lay dengan latar belakang tumpukan buku dan .. gambar Sojin yang tengah memunggungi kamera karena sedang sibuk merapikan buku. Lay tersenyum puas dengan hasil jepretan itu. Jemarinya masih bergerak lihai di layar touchscreen persegi itu. Beberapa hastag dengan tulisan seperti, ‘terjebak tumpukan buku dengannya lagi’, ‘hari ini’, ‘rasa terpendam’, dan ‘saranghe’. Tak lama foto beserta hastag yang ditulisnya terupdate dalam akun instagramnya. Dalam waktu 7 detik saja ia sudah mendapatkan 15 like dan 8 komentar. Lay kembali tersenyum-senyum sendiri membaca komentar yang ditulis teman-temannya itu, seperti Baekhyun dan Diyok alias D.O.

 

“Kau masih belum membereskannya?” dari tempatnya berdiri Sojin bertanya dengan tatapan kesal pada Lay yang memunggunginya. Lay terkesiap dan buru-buru memasukkan ponsel pintarnya ke saku celananya. Ia berbalik dan menampilkan cengiran bodohnya.

 

“Hehe. Aku baru saja akan membereskannya.” Ia pun segera meraih buku-buku itu dan berjalan menuju rak-rak yang sesuai dengan buku-buku tersebut. Sojin kembali berbalik dan membereskan sisa buku dalam keranjang yang dibawanya. Penjaga perpustakaan yang juga tengah membereskan buku-buku tersenyum kecil melihat keduanya.

 

15 menit berlalu. Baik Sojin maupun Lay dan Ahn Seonsaengnim, sang penjaga perpustakaan sudah selesai menata buku-buku itu. Sojin kembali melirik arlojinya. Dapat ia lihat jarum pendek dalam arloji itu menunjuk pada angka 5 sedangkan jarum panjangnya menunjuk angka 12.

 

‘Oh tidak!’ batin Sojin cemas. Ia buru-buru menyampirkan tas punggungnya dan berpamitan pada penjaga perpustakaan untuk pulang lebih dulu.

 

“Seonsaengnim, aku sudah menyelesaikan pekerjaanku. Bolehkah aku pulang lebih dulu?”

 

Ahn Seonsaengnim tersenyum pada Sojin. Ia mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yeoja di hadapannya. “Sepertinya kau sangat terburu-buru hingga tidak memperhatikan tatanan rambutmu yang berantakan. Baiklah, kau bisa pulang sekarang. Gomawo karena sudah membantu hari ini ne. Hati-hati di jalan.”

 

“Ne Seonsaengnim.” Setelah mengatakan hal itu, Sojin langsung melangkahkan kakinya keluar. Tanpa mengucapkan selamat tinggal pada Lay, Sojin berlari meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Lay dengan wajah kecewa penuh harap yang masih menatap yeoja itu hingga ia hilang di balik tikungan koridor.

 

“Kejarlah.” Ujar Ahn Seonsaengnim memecah adegan romantis nan tragis yang sedang dibayangkan oleh Lay. Rupanya namja itu sedang membayangkan sebuah drama yang diperankan olehnya dengan Sojin. Dimana Sojin mengacuhkannya dan seperti menganggapnya tidak ada di sana. Oh ayolah Lay, kau terlalu berlebihan. Tapi, sebenarnya apa yang dialami Lay persis seperti drama yang sering ia tonton bersama Baekhyun. Dan drama itu persis terjadi padanya saat ini.

 

Lay buru-buru memalingkan wajahnya pada Ahn Seonsaengnim. Tiba-tiba saja ia merasa jantungnya berdegup kencang. Mengapa ia bisa berdebar saat melihat wajah Ahn Seonsaengnim? Apakah ia telah jatuh cinta padanya?

 

TIDAK! Bukan itu yang membuatnya berdebar. Melainkan perkataan Ahn Seonsaengnim selanjutnya.

 

“Kau suka padanya kan? Ajak ia pulang bersama.”

 

“Eoh? Ahahaa …. Seonsaengnim ini apa-apaan sih?” Lay menepuk-nepuk pundak Ahn Seonsaengnim sambil cengengesan tidak jelas. Sikapnya yang mulai seperti ini membuat wanita paruh baya itu mulai malas berlama-lama menghadapinya.

 

“Sudah cepat sana sebelum ia pulang sendirian atau pulang diantar oleh orang lain.”

 

“Dia memang selalu pulang diantar oleh orang lain, Seonsae.” Lirih Lay tiba-tiba membuat Ahn Seonsaengnim mengernyit heran.

 

“Siapa? Orang tuanya?” Lay menggeleng.

 

“Supir pribadinya? Atau jangan-jangan … namjachingunya?” tanya Ahn Seonsaengnim lagi mulai kepo hingga ia melayangkan berbagai kemungkinan dalam pikirannya pada Lay.

 

“Bukan.” Jawab Lay sambil menggeleng.

 

“Lalu siapa?”

 

“Supir bus umum. Ahahaaaa ….” Tawa Lay membahana membuat Ahn Seonsaengnim  hanya bisa bersweetdrop ria.

 

“Aku pergi dulu ya Seonsaengnim. Ba-bai. Sampai jumpa esok hari di tempat yang sama.” Teriak Lay dalam larinya sambil memberikan flying kiss pada Ahn Seonsaengnim. Namja berdimple itu ternyata sudah melesat pergi sebelum Ahn Seonsaengnim  sempat menimpuknya dengan sekeranjang buku setebal kamus Bahasa Korea.

 

“Aish .. anak itu benar-benar.” Ahn Seonsaengnim menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah ia merapikan buku-buku diatas mejanya, ia meraih ponselnya dan membuka akun instagramnya.

 

“Ckck. Kasihan sekali dia.” ujar Ahn Seonsaengnim setelah tanpa sengaja mendapati sebuah foto salah satu siswanya yang tadi membantunya merapikan perpustakaan.

 

“Tapi dia juga benar-benar centil. Kalau suka pada Sojin kenapa tidak langsung menyatakannya saja? Haahh ….”

 

 

***

 

Sojin berlari menuruni tangga. Hampir ia terjatuh pada anak tangga terakhir jika saja ia tidak berpegangan pada pembatas. Sedikit menstabilkan nafasnya, lalu gadis itu kembali berlari menuju lapangan bola yang terletak di halaman samping sekolahnya. Gema derap kakinya memenuhi lorong koridor yang sepi.

 

“Kau terlambat,” ujar seorang gadis saat menyadari kedatangan Sojin. Sambil menstabilkan nafasnya agar kembali tenang, Sojin mendesah halus. Ia mengambil posisi duduk di samping Seunri, gadis yang telah lebih dulu datang.

 

“Hahh. Hanya 5 menit untungnya.”

 

“7 menit lebih tepatnya,” tegas Seunri.

 

Raut Sojin tiba-tiba berubah menjadi sendu. “Benarkah? Berarti latihannya sudah dimulai sejak tadi?”

 

“Tidak, Sojin~ah. Kau patut bersyukur karena hari ini Kai datang terlambat. Lihatlah.” Seunri menunjuk seorang namja yang tengah lari tergopoh-gopoh dengan tas selempang yang disampirkan di punggungnya ke tengah lapangan. Namja itu berlari melawan arah angin, membuat rambutnya tertarik ke belakang. Dan hal itu cukup membuat seorang Cho Sojin berteriak tertahan. Padahal hal itu membuat Kai menampakkan dahinya yang cukup lebar.

 

Kai yang mereka bicarakan adalah seorang kapten sepak bola di sekolah mereka. Namja berkulit cukup gelap dibandingkan dengan teman-temannya yang lain itu memiliki kharisma yang sangat membuat ia digilai oleh para yeoja penghuni sekolah ini. Orang-orang selalu mengatakan kulit gelap Kai adalah sisi sexy yang ia miliki. Bahkan ia memiliki fansclub sendiri yang dibuat oleh para yeoja-yeoja yang menyukainya. Begitu pula dengan Sehun, sang striker sejati. Biarpun ia sering terpapar sinar matahari, namun kulitnya tak pernah menggelap seperti Kai(?).

 

“Yak! Sojin~ah, diamlah! Nanti kita ketahuan kalau sedang melihat mereka latihan. Aku tidak ingin Sehun tahu kalau aku sering memperhatikannya.”

 

“Ah mianhae. Aku juga tidak ingin Kai tahu kalau aku sedang memperhatikan dia. Baiklah, mari kita lihat performa latihan mereka hari ini.” Ujar Sojin yang kembali duduk tenang. Setelah itu ia mengeluarkan ponselnya dan mulai membuka akun twitternya.

 

Tak jauh dari keduanya, berdiri seorang namja di belakang mereka tanpa mereka ketahui, dengan tatapan kosong mengarah ke tengah lapangan. Lalu tatapannya beralih menatap punggung kedua yeoja di depannya itu. Tatapan sendu akan ketidakpercayaannya.

 

Ddrrtt-ddrrtt.

 

Sebuah pemberitahuan dari akun twitternya. Jari jempolnya beralih menekan icon pemberitahuan itu dan terlihatlah sebuah twit dari gadis yang ia follow itu. Sakit! Rasanya Lay saat ini ingin sekali menyanyikan lagu Hancur Hatiku untuk menggambarkan betapa sedihnya ia kini. Ia berbalik untuk segera pulang. Tak sanggup melihat tatapan gadis itu yang terlihat sangat hangat saat ini, berbeda dengan tatapan yang sebelumnya ia lihat selama ini.

 

“ Seberapa kencangnya angin tak akan mengalahkan derasnya keringat yang turun dari dahimu. Kau terlihat bersemangat hari ini! Kau mengagumkan! HWAITING! #latihanharini #KK #KJI #gooday ”

 

***

 

Rasa bosan mulai menghinggapi Chanrin yang sedang berdiri di samping Nara dengan setumpuk buku di tangannya. Ia dan Nara kini sedang berada sebuah toko buku dekat sekolah mereka. Sepulang sekolah tadi Nara meminta Chanrin untuk menemaninya membeli beberapa buku. Dengan berat hati akhirnya yeoja itu mau mengikuti permintaan Nara dan menginjakkan kakinya di tempat bersejarah nan keramat –menurut Chanrin- ini.

 

“Nara~ah, setelah ini kita mampir ke mall dulu ne.” ajak Chanrin.

 

“Untuk apa kita ke sana?” tanya Nara tanpa mengalihkan perhatiannya pada cover buku yang sedang dibacanya.

 

“Aku ingin tidur di eskalator mall.” Jawab Chanrin asal sambil memutar bola matanya malas.

 

“Jinja?” dan ditanggapi dengan serius oleh Nara yang kini menoleh sambil melotot tak percaya pada Chanrin.

 

Plak!

 

“Aww..” sebuah ringisan keluar dari mulut Nara setelah sebuah buku yang di pegang Chanrin melayang ke arah kepalanya.

 

“Yak! Kau kira aku sudah gila, eoh? Aku ingin berbelanja.”

 

“Ya! Kau tidak perlu sampai memukulku seperti itu. Aishh…. Tapi aku tidak bisa hari ini. Aku ingin pulang cepat setelah membeli buku-buku ini.”

 

“Lalu aku pergi dengan siapa?” Chanrin menundukkan kepalanya selama ia berpikir.

 

“Kau ajak saja Oppa-mu itu.”

 

Seketika itu pula Chanrin mengangkat kepalanya dengan cengiran lebarnya. “Chanwoo? Ah benar juga.”

 

“Ayo kita ke kasir. Aku sudah memilih semua buku yang akan aku beli.”

 

“Geurae. Kajja. Eoh, Nara~ah kau akan membeli semua buku-buku ini?” tanya Chanrin yang berjalan di depan Nara dengan 5 tumpuk buku di tangannya.

 

Ne, waeyo?”

 

Ani. Aku hanya heran, akan kau apakan semua buku-buku ini? Kau selalu membeli buku sebanyak ini setiap bulannya.” Chanrin melirik 5 buku lagi di tangan Nara. Asalkan kalian tahu saja, semua buku-buku ini adalah novel dengan berbagai genre cerita! Daebak Han Nara!

 

Di depan kasir, mendadak wajah Chanrin berubah kecut. Berlawanan dengan sang penjaga kasir yang malah memberikan senyum manisnya pada kedua pelanggannya ini.

 

“Annyeong, Byun. Seperti biasa, aku ingin membeli buku-buku ini.” Ujar Nara membalas senyum sang penjaga kasir.

 

“Dengan senang hati.” Balasnya lalu mulai menghitung dan merapikan buku-buku di meja kasirnya. Memberikannya pada Nara dengan masih tersenyum manis tanpa menghiraukan keberadaan Chanrin di sana. Setelah mengatakan terima kasih, Nara langsung keluar dari toko buku itu.

 

“Cih. Senyum apaan seperti itu pada sahabatku, eoh?” ujar Chanrin dengan wajah tidak suka. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menatap malas pada penjaga kasir itu.

 

“Wae? Kau cemburu, eoh?” goda namja itu.

 

“Jangan berharap, Byun! Diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa! Ingat itu!” sewot Chanrin.

 

“Aku selalu mengingatnya, Nona Jung.” Goda namja penjaga kasir itu lagi. Kini ia malah mencolek dagu Chanrin sambil mengerlingkan matanya sebelah. Dan hal itu terlihat oleh Nara dari luar karena dinding depan toko yang terbuat dari kaca transaparan. Ia menatap lesu keduanya.

 

“Chanrin~ah, aku duluan saja ne. Busnya sudah datang. Sampai jumpa besok!” teriak Nara dari luar. Setelah melambaikan tangannya sesaat, ia berpaling menuju halte.

 

“Ya! Ya! Ya! Nara~ah, tunggu aku!” teriak Chanrin yang terkejut dan hendak menyusul yeoja itu. Namun langkahnya terhenti saat namja yang sedari tadi berbicara dengannya menarik kerah seragam sekolahnya.

 

“Yak, Byun! Apa yang kau lakukan? Aish .. lepaskan!”

 

“No, no! Memohonlah, Nona Jung.” Jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.

 

“Bermimpilah Byun! Lepaskan atau aku akan berteriak dan mengatakan kau akan berbuat mesum padaku!”

 

“Yak! Aku ini bukan orang mesum! Aku hanya ingin meminta tolong padamu.”

 

“Haissh! Menyebalkan! Kau ingin apa, eoh? Jika hanya ingin memintaku untuk menerimamu kembali, maaf saja aku tidak bisa!” kata Chanrin ketus.

 

“Ckck. Kau ini percaya diri sekali, eoh.”

 

Chanrin kembali menyilangkan kedua tangannya di dada. “Lalu?”

 

“Tolong dekatkan aku dengan Nara.” Chanrin bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti ke arah mana pembicaraan mereka kini. Dengan mata membola ia berteriak sebisanya.

 

“BYUN BAEKHYUN, APA KAU SUDAH GILA? KAU INGIN BERKENCAN DENGAN SAHABAT MANTAN YEOJACHINGUMU DENGAN BANTUAN MANTAN YEOJACHINGUMU ITU SENDIRI?”

 

Baiklah Chanrin, melihat Baekhyun yang kini wajahnya mulai memerah manahan malu, harusnya kau juga malu karena ucapanmu sekarang membuat semua orang tahu bahwa kau adalah mantan yeojachingu Baekhyun.

 

***

 

Hari telah semakin sore. Namun hal itu tak menyurutkan niat Chanrin untuk berlama-lama sampai di rumah. Ia seakan sengaja mengulur waktu dengan berjalan-jalan menyusuri trotoar kota. Bahkan keinginannya untuk pergi berbelanja ke mall seperti yang diinginkannya tadi sudah tidak ada lagi jika mengingat alasan mengapa ia malas untuk pulang secepatnya ke rumah.

 

Kaki-kakinya ia hentikan saat ia sudah mencapai halte. Cukup jauh letak halte ini dari sekolahnya, itu artinya ia juga sudah berjalan cukup jauh. Chanrin terduduk dengan pelan di sana. Pandangannya ia arahkan pada langit yang semakin gelap. Bukan karena mendung, melainkan hari akan berganti menjadi malam sebentar lagi. Tak lama ia menikmati langit kelabu itu karena setelahnya ponselnya bergetar. Chanrin hanya tersenyum tipis menatap ponsel itu tanpa niatan untuk mengangkat telepon dari saudara kembarnya. Setelah getaran itu berhenti, ia kembali memasukkan ponselnya pada saku almamater sekolahnya. Kemudian mengarahkan kepalanya ke samping kanan dimana baru saja ada seseorang yang duduk tepat di sebelahnya.

 

“Eoh, Zhang Yixing?” yang dipanggil menoleh pada Chanrin. Wajahnya tampak lesu dan tak bergairah seperti biasanya.

 

“Panggil aku Lay, Jung Rinrin.”

 

“Ya! Jangan memanggil nama kecilku.” Lay hanya mendecih kecil lalu memalingkan wajahnya. Tak perlu heran mengapa Lay tahu nama kecil Chanrin. Dulunya saat masih duduk di bangku sekolah dasar, keduanya pernah menjadi tetangga dan cukup berteman baik. Namun saat sekolah menengah pertama, keluarga Chanrin pindah ke Inggris selama 3 tahun. Saat itu Chanrin tidak sempat mengucapkan salam perpisahan pada Lay hingga membuat namja itu marah sampai saat ini. Dan sejak itu hubungan keduanya berada dalam kategori tidak baik. Alasan yang sungguh kekanak-kanakan untuk bermusuhan, bukan?

 

“Wae geurae? Kau sedang ada masalah?” tanya Chanrin penasaran. Lay menghela nafasnya tanpa menjawab.

 

“Aha! Aku tahu kenapa kau bersedih seperti ini. Pasti karena kau tidak memiliki bahan untuk digosipkan besok di sekolah kan? Aigoo … kau kalah dengan Baekhyun eoh? Ahahaa …. Itu lebih baik. Setidaknya besok aku tidak akan melihat kau sedang bergosip tentangku.” Ledek Chanrin semena-mena. Ia bahkan membanding-bandingkan antara Baekhyun dan Lay yang sama-sama terkenal suka menyebarkan gosip di sekolah.

 

Lay tak menanggapi ucapan Chanrin itu. Ia hanya diam dengan pandangan kosong ke arah sepatunya. Seakan-akan sepatu ungu yang dikenakannya lebih menarik dibandingkan ledekan yang diucapkan oleh yeoja di sampingnya. Padahal biasanya ia akan berang jika dibandingkan-bandingkan dengan orang lain, terutama oleh Baekhyun sang rival sekaligus sahabatnya.

 

“Kau tahu, kau itu terlihat-“

 

“YA! Bisakah kau diam? Kau hanya menambah hatiku semakin galau.” Kata Lay cukup keras membuat Chanrin sedikit terkejut. Tak pernah dilihatnya seorang Zhang Yixing a.k.a Lay sekacau ini. Namun bukannya menghibur, Chanrin malah memiliki ide untuk membuat Lay tambah kesal.

 

“Omo! Kau sedang galau? Aigoo .. aigoo … lihatlah uri Yixing ini. Apa yang membuatmu jadi galau seperti ini, eoh? Apa karena seorang yeoja? Hm?” tanya Chanrin yang masih mempertahankan nada ejekan dalam ucapannya.

 

Awalnya hanya helaan nafas saja yang didapat oleh Chanrin. Namun siapa sangka selanjutnya Lay akan menjawabnya dengan jujur. “Ne. Aku galau karena seorang yeoja.”

 

Apa ia sedang kerasukan setan atau semacamnya? Bisa-bisanya ia berkata jujur di depan orang yang selalu ia gosipkan. Apa ia tak takut hal itu akan dijadikan Chanrin sebagai kunci skakmat untuknya?

 

Chanrin merasa semakin tertarik dengan cerita Lay. Selama ini orang-orang selalu membicarakan bahwa Lay menyukai salah satu dari ia dan ketiga teman-temannya. Biarpun orang-orang selalu menyuruhnya untuk membuka semua foto-foto instagram Lay, tapi hal itu terlalu malas dilakukan oleh Chanrin. Lagipula. Ia bukan stalker seperti Lay. Hampir semua foto yang diunggah di blur tepat di daerah dimana yeoja disukai oleh Lay itu berada. Dan untuk membuktikan itu, Chanrin memancing Lay untuk bercerita lebih lanjut.

 

“Yeoja? Nugu?” tanya Chanrin hati-hati. Takut Lay menyadari kalau ia sedang mengorek informasi darinya. Jangan-jangan selama ini Lay menyukainya, itu sebabnya ia selalu menggosipkan dirinya jika dekat dengan seorang namja, pikir Chanrin. Omo!

 

“Sojin.” Jawab Lay lirih. Oh Lay, kau sungguh tidak sadar, eoh? Kau baru saja membuka rahasia terbesarmu pada musuhmu.

 

“Hm .. Sojin ya?” ulang Chanrin lagi santai. Sampai dua detik berikutnya, keduanya terkesiap dengan saling memberikan tatapan horror.

 

“MWO? KAU MENYUKAI Cho Sojin?” kata Chanrin keras membuat beberapa orang di halte terkejut dengan suara yeoja itu.

 

Mati kau Lay, batin namja yang semakin merasa galau itu.

 

~To Be Continue~

~ To Be Continued ~

3 respons untuk ‘School Love Story [Chapter 2]| Aku Suka Dia

Write your Comment, Dont Be silent readers chingu ^^